1.
Muhkam
dan Mutasyabihat
Al-qur’an
adalah kitab penunjuk atas segala sesuatu.
Begitulah Allah menerangkan Dalam firman-Nya. Artinya segala macam
masalah kehidupan ada penyelesaiannya didalam kitab mulia itu. Allah
menciptakan yang menciptakan masalah dan peristiwa. Allah yang memberi solusinya dan Allah
sendiri yang mengajari kita, untuk menyelesaikan masalah-masalah kehiddupan itu lewat petunjuk-Nya. Petunjuk itu oleh Allah dihamparkan di ribuan
ayat-Nya didalam Al-qur’an. Dan
sebagiannya lagi di berbagai ciptaan-Nya di alam semesta. Ada yang begitu jelas
dan gamblang dipahami. Ada pula yang membutuhkan upaya tertentu karena Allah
menyembunyikannya, agar kita beruaha menguaknya.
QS.
Ali-Imran :7
هُوَ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلَ عَلَيۡكَ
الۡكِتٰبَ مِنۡهُ اٰيٰتٌ مُّحۡكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الۡكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌؕ
Dialah
yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat.
Dalam
ayat ini Allah mengimpormasikan kepada
kita bahwa Al-Qur’an yang diturnkan kepada Rasulullah SAW dalam bentuk kitab
itu memiliki dua klasifikasi ayat. Kelompok yang pertama adalah yang disebut
ayat Muhkamat, sedangkan yang kedua adadalh kelompok ayat mutasyabihat.
A. Muhkamat
Allah menyebutkan ayat Muhkamat
sebagai ayat yang mengandung pokok-pokok
isi Al-Qur’an. Sebagai pokok-pokok isi Al-Qur’an ayat-ayat Muhkamat memiliki
makna yang terang dan gamblang. Biasanya berkaitan dengan hukum dan
peritah-perintah ibadah. Kebanyakan ulama tidak memiliki perbedaan pendapat
dalam menyikapi ayat-ayat muhkamat. Misalnya ayat-ayat yang memerintahkan
shalat, untuk berpuasa, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji ke tanah
suci. Karena berkaitan dengan hukum dan tata cara ibadah, ayatayat muhkamat in
biasanya memang gamblang, seperti berikut ini.
Surat
Al-Baqarah (2) : 43
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ
الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'.
B.
Mutasyabihat
Ayat-ayat Mutasyabihat merupakan
ayat-ayat yang ada Al-Qur’an yang mengandung makna yang lebih mendalam.
Sehingga makna sesungguhnya seakan-seakan tersembunyi, dan harus dipahami jika kita melakukan
eksplorasi atau kajian menjauh lebih mendalam.
Surat Ali Imran Ayat
(3) : 190
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
Arti:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal,
Untuk bisa memahami ayat ini, kita harus melakukan
eksplorasi berbagai ayat di dalam Al-Qur’an, ditambah ilmu-ilmu bantu dari para
peneliti dan ilmuwan modern. Data-data tentang perkembangan Astronomi ,
Geologi, Klimatologi, dan semacamnya akan mengambil peran penting untuk semua
memahami ayat mutasyabihat ini.
Selain
itu ayat-ayat Mutasyabihat sendiri bayak yang masih terkait dengan ayat-ayat
muhkamat.misalnya ayat yang memerintahkan ibadah,shalat, puasa,haji dan lain
sebagainya. Perintah dan hukum-hukumnya dijelaskan dalam ayat-ayat muhkamat,
tetapi kedalam maknanya ada didalam ayat-ayat mutasyabih. Seperti contoh
beikut.
Surat Thaha Ayat (20)
: 14
إِنَّنِي أَنَا
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Ayat ini memang berisi perintah untuk
menyembah Allah denga cara Shalat, itu bersifat muhkamat akan tetapi kemudian diikuti dengan tujuan
shalat,yaitu :untuk megingat Aku. Ini yang bersifat Mutasyabihat.
Disini
muncul kedalaman tentang kualitas ibadah.Shalat yang bagaimana yang bisa
mencapai tingkatan Dzikrullah alias ‘Mengingat Allah’. Bagaimana pula cara
melatihnya. Bagaimana rasanya, apa tanda-tanda bahwa shalat kitasudah berdzikir
kepada Allah. Ini butuh pendalaman dan eksplorasi lebih lanjut. Experiences.
Antara
satu orang dengan orang lainnya bisa memiliki pemahaman dan pengalaman yang
berbeda. Tidak bisa dipertentangkan, selama masing-masing memiliki niatan
dengan tujuan untuk dzikrullah. Tidak ada yang salah. Yang terjadi adalah beda
kualitas dan beda kedalaman.
Soal
mengingat Allah dalam shalat misalnya, persepsi kita bisa bermacam-macam. Ada
yang mempersepsinya: ya sekedar ingat
saja. Akan tetapi, ada yang meningkatkan rasa ingat itu sampai memenuhi
seluruh pikirannya, sehingga tidak ingat lagi selain Allah – fokus.
Ada
lagi yang mengatakan, bahwa Allah itu justruu bukan fokus kaya kecamata kuda, melainkan ‘menyadari’ seluruh yang ada di
sekitarnya. Karena Allah Maha meliputi
segala sesuatu. Kalau itu fokus, justru akan merendahkan derajat kehadiran
Allah dalam kesadaran kita.
Ada
lagi yang berpendapat, bahwa orang yang ingat Allah itu harus sampai merasakan
getaran jiwa yang kemudian merembet ke seluruh badannya. Sehingga diantara kita
yang mengukur kekhusyukan shalat dengan terjadinya getaran tubuh. Kalau tubuh
tidak bergetar berarti belum sampai pada tingkat kekhusyukan. Intinya
adalah mereka melakukan shalat untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Mengikuti kaidah dasar bahwa shalat itu tata
caranya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Dan tujuannya adalah mengingat
Allah serta bedo’a memohon pertolongannya.
2. Jangan diambil sebagian
Ayat-ayat Mutasyabihat jumlahnya sangat
banyak di dalam Al-Qur’an.Uniknya, ayat yang satu menjelaskan ayat yang lain.
Ada keterkaitan yang kuat antara yang satu dengan yang lain. Karena itu, Allah
berpesan jangan mengambil ayat itu sebagian saja. Harus diambil dan dibaca
serta dikaji secara holistik Secara Kompeherensif.
Pengambilan ayat Mutasyabihat secara
parsial sepotong hanya memunculkan distorsi pemahaman yangbisa menyesatkan.
Apalagi jika niatannya tidak baik, maka hampir bisa dia akan memperoleh
ayat-ayat atau sepotong ayatyang ‘sesuai
keinginannya’. Mendukung maksud buruknya itu.
QS.
ALI-IMRAN (3) : 7
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ
وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.
Berikut ayat yang berfungsi menimbulkan fitnah :
QS. Al
Maa’uun (107) : 4
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ
﴿الماعون:٤
Maka kecelakaan besar bakal menimpa orang-orang yang shalat.
Ayat diatas sungguh akan membuat
orang-orang terkejut orang-orang yang baru membacanya. Apalagi hanya membaca
satu ayat tersebut. Kenapa Allah mengancam orang shalat? Secara umum tidak ada
yang salah dengan ayat tersebut. Apalagi itu bukan potongan ayat, melainkan
satu ayat utuh. Nah disinilah bakal terjadi distorsi pemahaman, jika kita tidak
membaca ayat yang lainnya. Baik ayat kelanjutannya ataupun ayat-ayat yang
berkaitan dengan ayat tersebut. Bagi orang-orang yang berniat jahat, ayat bisa
digunakan untuk menyesatkan orang lain yangkeislamannya masih dangkal.
3.
Hanya yang berakal
yang dapat pelajaran
QS.Surat Ali ‘Imran (3) : 7
وَمَا
يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal
Setelah Allah menceritakan tentang
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat di dalam Al-Qur’an. lantas Dia menjelaskan
bahwa yang muhkamat itu gamblang maknanya,
serta memuat pokok-pokok isi Al-Qur’an. Sedangkan yang mutasyabihat
lebih tersembunyi, karena itu tidak boleh diambil sebagian, harus diambil
semuanaya. Menariknya, di penutup ayat
Allah mengnci semua ungkapam: Dan tidak
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal...
Jadi, akal memegang peranan penting dalam
memahami ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Apalagi ayat-ayat mutasyabihat. Al-Qur’an
menjelaskan kepada kita, orang yang tidak berakal dipastikan tidak bisa
mengambil pelajaran dari Al-Qur’an. Dalam Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa
yang bisa mengambil pelajaran dari Al-Qur’an hanyalah orang yang menggunakan
Al-Quran.